Rabu, 10 Februari 2010

CITA-CITAKU


Lelaki sederhana itu tetap bersikeras berangkat menuju tempatnya bekerja, walaupun tubuhnya masih terasa sakit. Baginya selama masih bisa bangkit dari tidurnya, berarti ia harus segera berangkat mencari nafkah. Bukan proyek besar dengan keuntungan selangit yang membuatnya bersemangat, atau bonus besar dari perusahaan yang membuatnya bersemangat, namun sebuah keinginan untuk tetap bisa menafkahi anak istrinya dan sebuah cita-cita yang terpendam jauh di dasar hatinya yang ingin ia wujudkan, ia ingin anak-anaknya memiliki masa depan. Itulah ternyata rahasianya, lelaki itu rela pergi pagi pulang malam, membanting tulang menjadi kuli angkut demi untuk menyekolahkan anaknya, ia tak ingin kelak sang anak bernasib sama dengan dirinya.

Di tempat lain, seorang gadis nekat terjun dari lantai empat sebuah gedung. Sebelum beraksi, gadis itu diberitakan sempat menyayat kedua pergelangan tangannya dengan menggunakan sebilah pisau. Kejadian itu menjadi buah bibir di kalangan masyarakat dimana gadis itu tinggal, karena belum pernah terjadi kejadian serupa di wilayah itu. Dari hasil penyelidikan polisi, gadis itu diduga melakukan aksinya karena masalah keuangan.

Kehidupan laksana sebuah perjalanan mengarungi samudera yang luas, terkadang laju perahu tenang, namun seringkali angin, badai, topan menerpa hingga laju perahu pun bergerak tak beraturan bahkan bisa membahayakan penumpangnya. Itulah perumpamaan yang sering kita dengar saat seorang bijak menyampaikan nasihat kepada pasangan pengantin di hari pernikahan. Dan itulah sesungguhnya yang terjadi dalam kehidupan, suatu ketika hati kita begitu bergembira, namun di saat yang lain air mata mengalir karena badai masalah yang membuat kita bersedih.

Dua peristiwa yang memiliki akar masalah yang sama ”beban ekonomi”. Lelaki itu tetap bekerja keras walaupun hidup serba kekurangan, namun bagi sang gadis kematian adalah pilihan terbaiknya daripada menanggung masalah keuangan yang dihadapinya. Satu hal yang membedakan dari dua peristiwa itu, sang lelaki sebagai tulang punggung keluarga ia masih memiliki sebuah harapan yang baik yang terus di pupuknya, sementara sang gadis yang mencoba mengakhiri hidupnya sudah tiada lagi memiliki harapan.

Harapan dalam bahasa Arab di kenal dengan istilah ”arroja” ialah keinginan yang ingin dicapai oleh hati dan merupakan sesuatu yang membuat kita biasanya bertahan di dalam rintangan. Oleh karenanya keberadaannya sangat penting dan tidak bisa disepelekan. Sebuah harapan pada diri manusia bisa jadi tidak nampak terlihat tetapi ia akan menjadi sebuah kekuatan besar yang mampu mengubah kehidupan seseorang. Bukankah banyak pekerjaan besar yang di lakukakan orang-orang besar karena sebuah harapan? Rasululloh SAW ketika awal berdakwah di Mekkah bukan saja menerima caci maki, tapi juga penganiayaan. Rasulullah saw. pernah dilempar kotoran unta saat shalat di depan Ka’bah, beliau pun pernah di usir dan dilempari batu ketika berdakwah di kota Thaif, namun kejadian-kejadian menyakitkan itu tidak membuatnya berhenti menyampaikan cahaya kebenaran.

Peristiwa hijrah Rasulullah dari Mekkah ke Madinah sarat dengan makna sebuah harapan, sewaktu bersembunyi di gua Tsur, Abu Bakar Ash Shiddiq yang menemaninya dalam perjalanan merasakan ketakutan yang luar biasa, saat pasukan Quraisy memburu mereka berdua. Apa yang di lakukan Rasulullah saw? Beliau menumbuhkan harapan dan keyakinan yang kemudian mampu menenangkan hati sahabatnya itu dengan berkata, “Janganlah engkau takut sesungguhnya Allah bersama kita.” (At Taubah [9]:40), pengaruh kata-kata Rasulullah itu begitu dahsyat dampaknya terhadap Abu Bakar sehingga membuatnya tenang.

Memiliki sebuah harapan itu penting, namun niat dan kepada siapa harapan itu kita sandarkan tentu lebih penting. Sering kita kecewa ketika harapan tidak terwujud karena niat kita mengharapkan sesuatu bukan untuk mencari ridlo-Nya tapi hanya untuk memuaskan nafsu-nafsu duniawi. Kita pun bisa jadi, lebih tentram ketika berharap kepada manusia yang di karunia harta berlimpah atau jabatan yang tinggi lalu kita merasa aman karenanya. Padahal bukankah Allah yang mengatur segala urusan? Bukankah Allah yang mengkaruniakan harta, kekayaan, jabatan kepada manusia yang di kehendakinya? Orang yang menaruh harapannya hanya pada Allah tentu akan jauh lebih kuat, semangat dan optimis daripada menaruh harapan pada selainNya. Karena, ia yakin kalau setiap ayunan langkah, setiap peluh keringat, akan mendapatkan balasan pahala kebaikan dari Allah, walaupun tidak di dapatkan di dunia, pasti Allah akan membalasnya kelak saat perjumpaan dengan-Nya.

Harapan adalah sesuatu yang mutlak meski kita miliki dalam mengarungi terjalnya kehidupan ini, namun tentu kita tidak bisa hidup menggantung semata pada harapan, Ada amal atau karya nyata yang menunggu untuk segera di tunaikan. Selamat merangkai harapan di pergantian tahun ini, semoga menjadi manusia yang beruntung, sebagaimana yang Rasulullah sabdakan, ”Hari ini lebih baik dari lebih kemarin”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar